Powered By Blogger

Senin, 19 Desember 2016

Asal - Usul Sendang Tirto Sinongko [Pokak, Klaten, Jateng]




Nama Sendang Tirto Sinongko mungkin tidak lagi asing lagi bagi telinga masyarakat Klaten. Namanya begitu fenomenal karena setiap panen ketiga usai masyarakat setempat menggelar upacara adat bersih desa di sendang tersebut.

Tidak hanya bersih-bersih sendang biasa, namun masyarakat juga menyembelih puluhan hingga ratusan ekor kambing. Hal itu sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas panen melimpah mereka.

Acara yang biasa digelar Jumat wage pada Agustus itu pun menjadi pesta rakyat yang sangat wah. Sebab, tidak hanya masyarakat setempat, kerabat jauh hingga pejabat pun ikut memeriahkan acara tersebut. Namun, tahukan asal mula nama Sendang Sinongko dan tradisi bersih desa itu muncul?

Salah satu tokoh masyarakat Desa Pokak, Soedharto, mengatakan nama Sendang Sinongko bermula saat sang Raja Paku Buwono VII hendak menuju ke Jogja. Di tengah perjalanan, sang raja merasa lelah dan singgah di sebuah sendang.

Kemudian, sang raja pun makan buah nangka. Setelah itu, sang raja membuang beton atau biji buah nangka itu di dekat sendang. Raja pun memberikan amanah supaya kelak nama sendang itu disebut dengan Sinongko.

Sementara, tradisi bersih sendang dan pesta rakyat itu bermula saat ada petani yang kelelahan dan tertidur di sekitar sendang. Petani itu pun bermimpi bertemu dengan seseorang.
Dalam mimpi itu, seseorang yang tidak dikenal itu meminta untuk dibuatkan nasi tumpeng, daging kambing yang dimasak gulai dan dawet pada Jumat wage. “Konon, seseorang itu menyarankan hal tersebut supaya hasil pertanian saat musim kemarau tetap melimpah,” kata Soedartho, Sabtu.

Setelah terbangun, petani tersebut kemudian terperanjat. Penasaran, petani tersebut kemudian melaksanakan saran dari seseorang yang dia temui dalam mimpi tersebut. Dia kemudian menyembelih kambing yang dagingnya dimasak dengan gulai dan dawet.

Makanan tersebut kemudian dimakan bersama di dekat sendang. Setelah itu, panen padinya justru semaki bertambah sukses. Cerita tersebut kemudian didengar seluruh masyarakat dan berlangsung hingga sekarang.

Setiap tahun, masyarakt pun menyembelih puluhan hingga ratusan ekor kambing sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas panen melimpah. “Kambing itu disembelih di dekat pohon besar yang ada di sekitar sendang. Bahkan, atas izin Allah SWT darah dari kambing itu langsung meresap ke dalam tanah,” imbuhnya.

Sementara, Kepala Desa Pokak, Soetjiati, menambahkan dalam upacara itu, setiap keluarga juga membawa tenong berisi nasi, ingkung ayam, lauk pauk, buah-buahan dan jajanan pasar. Kemudian, tenong itu diletakkan berjajar rapi di sekitar sendang.

Nantinya, tenong itu akan didoakan dan dimakan bersama atau dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga. “Upacara itu juga sekaligus menjadi ajang kumpul keluarga,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar